Konawe Selatan – Dugaan manipulasi daftar hadir guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Guru Tidak Tetap (GTT) mencuat di SMP Negeri 4 Satu Atap (Satap), Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan. Kepala sekolah di lembaga pendidikan tersebut disinyalir telah merekayasa absensi atas nama salah satu GTT yang diketahui tidak pernah aktif mengajar.
Guru GTT tersebut diketahui bernama Novita Dewi, S.Pd, yang berdasarkan keterangan sejumlah guru di sekolah itu, tidak pernah hadir mengajar atau menampakkan diri di lingkungan sekolah selama bertahun-tahun. Namun, belakangan Novita tiba-tiba muncul dan beraktivitas seolah-olah merupakan bagian dari tenaga pengajar aktif di sekolah.
Kemunculan tiba-tiba ini terjadi setelah beredarnya informasi dari pemerintah pusat terkait kesempatan seleksi sertifikasi PPG (Pendidikan Profesi Guru) bagi tenaga honorer yang telah mengabdi lebih dari tiga tahun.
Salah satu guru tetap SMP Negeri 4 Satap yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dirinya terkejut saat memeriksa daftar hadir seluruh guru. Dalam daftar tersebut, nama Novita Dewi tercatat hadir secara rutin dan bahkan terdapat tanda tangan yang merujuk seolah-olah dirinya benar-benar hadir mengajar.
“Kami sangat terkejut. Bagaimana mungkin orang yang tidak pernah datang ke sekolah, namanya selalu tercatat hadir. Bahkan ada tanda tangan lengkap di lembar absen,” ungkap narasumber yang merupakan guru tetap di sekolah tersebut.
Lebih lanjut, sumber yang sama menyebutkan bahwa manipulasi daftar hadir ini diduga berlangsung sejak tahun 2022 hingga 2025. Absensi atas nama Novita Dewi muncul secara konsisten selama hampir lima tahun terakhir, meskipun keberadaan fisiknya sama sekali tidak terlihat di lingkungan sekolah.
Yang lebih mengkhawatirkan, hasil penelusuran rekan-rekan guru di sekolah tersebut mendapati bahwa Novita Dewi merupakan kerabat dekat dari kepala sekolah. Dugaan nepotisme pun semakin menguat.
“Kami menduga ada unsur kesengajaan dari kepala sekolah untuk mencatat kehadiran palsu demi memenuhi syarat administratif bagi Novita agar bisa ikut seleksi sertifikasi,” tambahnya.
Menurut informasi tambahan, Novita Dewi juga diketahui tidak berdomisili di Kabupaten Konawe Selatan, sehingga keberadaannya di sekolah selama ini semakin diragukan.
Para guru berharap instansi terkait, baik Dinas Pendidikan maupun Inspektorat Daerah, segera turun tangan mengusut tuntas kasus dugaan manipulasi ini. Mereka meminta adanya pemeriksaan terhadap daftar hadir dari tahun ke tahun, serta pemanggilan pihak-pihak yang terlibat untuk dimintai keterangan.
“Kami hanya ingin keadilan. Jangan sampai guru-guru yang benar-benar mengabdi dengan tulus malah disingkirkan karena praktik tidak sehat seperti ini,” tutup narasumber.
Kasus ini menambah daftar panjang persoalan tata kelola kepegawaian dan integritas lembaga pendidikan di daerah, terutama dalam proses rekrutmen dan pengelolaan guru honorer.
Tim Redaksi